Rabu, 25 April 2012

GANDRUNG


Manusia Dan Keindahan
Gandrung adalah sebuah kesenian tarian tradisional Banyuwangi yang dapat dikatakan sebagai ibu  dari kesenian-kesenian yang terdapat dibanyuwangi, karena beberapa kesenian yang terdapat di banyuwangi banyak yang di pengaruhi oleh kesenian Gandrung. Tidak ada catatan kapan kesenian gandrung ini lahir di Banyuwangi, dari beberapa catatan kemudian bahwa semi sebagai gandrung wanita yang pertama mulai menarikan tari gandrung pada usia 10 tahun pada tahun 1895, kemudian dari catatan lain sebelum semi sudah ada tarian gandrung yang disebut gandrung lanang. Lanang yang artinya laki-laki, berarti tari gandrung yang ditarikan oleh penari laki-laki namun dengan kostum perempuan.
Maka dari itu tarian gandrung menjadi tarian tradisional agar memacu pada generasi generasi muda di daerah banyuwangi agar tarian tradisional gandrung tidak punah dan dapat di kenal di seluruh Indonesia ataupun internasional. Tarian gandrung juga merupakan tarian yang hampir punah di daerah banyuwangi karena tarian tersebut sudah jarang di terapkan di daerah banyuwangi.Keindahan pada tarian gandrung adalah salah satu asset Negara untuk memperkenalkan tarian tradisional yang merupakan tarian berkualitas di daerah banyuwangi tersebut dan sebagai warga Negara Indonesia kita berhak untuk melestarikan tarian tersebut agar tidak punah pada generasi generasi berikutnya

MENEMBUS IMPIAN


Manusia dan penderitaan
      dalam kisah tersebut menceritakan seorang remaja  perempuan yang bernama nur yang berasal dari keluarga yg miskin ibunnya bekerja sebagai tukang cuci dan ayahnya telah bercerai kepada ibunya sejak ia masih kecil.
Setelah beranjak dewasa ia di kuliahkan oleh ibunya sendiri hasil jeri payah sebagai tukang cuci dia kuliah pada semester akhir akan tetapi dia mengalami hambatan disaat uang semesteran beranjak naik dan ibunya nur pun tidak mengetahui bahwa uang semesteran itu naik..
Kini nur pun bingung untuk membayar uang kuliahnya karena nur tidak ingin membebani  ibu yang membiayai kuliahnya.suatu saat ibunya nur hrz masuk rumah sakit dan menjalani operasi karena menderita penyakit tumor pada otak,nur pun bingung bagaimana untuk membiayai ibunya dirumah sakit.
di suatu saat ada seorang pria yang menarwarkan pekerjaan kepada nur untuk bekerja pada MLM,setelah beberapa lama dirinya blm sukses sebagai anggota MLM,dari sanalah dirinya terus berusaha untuk mencapai sebuah impian dan setelah waktu terus bejalan dia pun akhirnya sukses sebagai anggota MLM,akan tetapi dirinya kembali menerima kegagalan tetapi itu tidak membuat dirinya menjadi putus asa dan akhirnya dia telah merebut kembali kesuksesannya setelah sebelumnya mengalami kegagalan.

SERIGALA TERAKHIR


Manusia dan tanggung jawab
  dalam cerita tersebut menceritakan tentang sekelompok pemuda remaja  pada lingkungan rumah yang menjaga lingkungan rumahnya agar terhindar dari penggunaan obat obat terlarang,akan tetapi suatu perusahaan yang menyebarluaskan penggunaan obat obat terlarang tersebut tetap masuk dalam wilayah tersebut.
Suatu ketika salah seorang dari sekelompok di lingkungan rumah tersebut masuk sel penjara karena telah membunuh salah seorang warga lain disaat terjadi perkelahian dengan warganya dan disaat itu pula  dirinya menolong temannya yg ingin di bunuh.
Setelah keluar dari sel penjara dia malah bergabung dengan perusahaan yang menyebarluaskan barang barang terlarang dikarenakan pada saat dia di sel tahanan dia tidak di kunjungi oleh teman temannya ,setelah teman2nya mengetahui bahwa dia berkhianat setelah keluar dari sel tahanan teman2nya tetap melindungi lingkungan rumahnya dari penyebaran obat obat terlarang tersebut,pemuda remaja tersebut memberikan hal hal positive tentang manusia dan tanggung jawab yang ia miliki terhadap anak anak yang masih di bawah umur agar mempunyai rasa tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar agar terhindar dari hal-hal negative.

ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI



MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
Dari cerita tersebut, Muluk yang telah menyandang gelar sebagai sarjana manajemen pantang putus asa. Dengan penuh semangat, pria itu tidak pernah bosan keluar masuk berbagai kantor untuk melamar kerja, meskipun harus menelan pil pahit alias ditolak. Kekecewaan yang dirasakan Muluk berubah menjadi kekesalan ketika memergoki seorang anak remaja tanggung mencopet. Muluk menyergap pencopet itu sambil mengancam akan melaporkannya kepada polisi.

Siapa sangka pertemuan Muluk dengan Komet, pencopet itu, justru membuka peluang pekerjaan bagi Muluk. Komet membawa Muluk ke markasnya dan berkenalan dengan Jarot, bos Komet. Ternyata markas itu adalah tempat berkumpul anak-anak seusia Komet yang berprofesi sebagai pencopet. Mereka terbagi dalam tiga kelompok yaitu copet mal, copet pasar, dan copet angkot. Muluk lantas menawarkan ilmu manajemen yang dikuasainya untuk mengelola keuangan para pencopet, dengan meminta imbalan sebesar 10 persen dari hasil mencopet. Dengan uang itulah Muluk membuat program untuk mendidik para pencopet agar kelak tidak lagi berkubang dalam pekerjaan yang penuh dosa.

Muluk dibantu dua rekannya yaitu Samsul, sarjana pendidikan, serta Pipit yang telah menyelesaikan pendidikan D3. Mereka memberikan pelajaran agama, budi pekerti, dan kewarganegaraan kepada para pencopet.Makbul, ayah Muluk, tentu saja senang melihat anaknya sudah bekerja. Apalagi seperti pengakuan Muluk, dia bekerja di bagian SDM alias Sumber Daya Manusia. Saking senangnya, Pak Makbul memberitahukan Haji Sarbini, ayah Rahma yang juga calon besannya. Sama halnya, Haji Rahmat yang merupakan ayah Pipit, senang melihat anaknya bekerja, sehingga tidak lagi hanya mengharapkan imbalan dari kuis di televisi yang sering diikuti Pipit.

LASKAR PELANGI


MANUSIA DAN KEGELISAHAN
“Laskar Pelangi” menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu yang sangat miskin Belitung. Anak orang-orang ‘kecil’ ini mencoba memperbaiki masa depan dengan menempuh pendidikan dasar dan menengah di sebuah lembaga pendidikan yang puritan. Bersebelahan dengan sebuah lembaga pendidikan yang dikelola dan difasilitasi begitu modern pada masanya, SD Muhammadiyah-sekolah penulis ini, tampak begitu papa dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Timah (Perusahaan Negara Timah). Mereka, para native Belitung ini tersudut dalam ironi yang sangat besar karena kemiskinannya justru berada di tengah-tengah gemah ripah kekayaan PN Timah yang mengeksploitasi tanah ulayat mereka.
Kesulitan terus menerus membayangi sekolah kampung itu. Sekolah yang dibangun atas jiwa ikhlas dan kepeloporan dua orang guru, seorang kepala sekolah yang sudah tua, Bapak Harfan Efendy Noor dan ibu guru muda, Ibu Muslimah Hafsari, yang juga sangat miskin, berusaha mempertahankan semangat besar pendidikan dengan terseok-seok. Sekolah yang nyaris dibubarkan oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel karena kekurangan murid itu, terselamatkan berkat seorang anak idiot yang sepanjang masa bersekolah tak pernah mendapatkan rapor. Sekolah yang dihidupi lewat uluran tangan para donatur di komunitas marjinal itu begitu miskin: gedung sekolah bobrok, ruang kelas beralas tanah, beratap bolong-bolong, berbangku seadanya, jika malam dipakai untuk menyimpan ternak, bahkan kapur tulis sekalipun terasa mahal bagi sekolah yang hanya mampu menggaji guru dan kepala sekolahnya dengan sekian kilo beras-sehingga para guru itu terpaksa menafkahi keluarganya dengan cara lain. Sang kepala sekolah mencangkul sebidang kebun dan sang ibu guru menerima jahitan.
Kendati demikian, keajaiban seakan terjadi setiap hari di sekolah yang dari jauh tampak seperti bangunan yang akan roboh. Semuanya terjadi karena sejak hari pertama kelas satu sang kepala sekolah dan sang ibu guru muda yang hanya berijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri) telah berhasil mengambil hati sebelas anak-anak kecil miskin itu.
Dari waktu ke waktu mereka berdua bahu membahu membesarkan hati kesebelas anak-anak marjinal tadi agar percaya diri, berani berkompetisi, agar menghargai dan menempatkan pendidikan sebagai hal yang sangat penting dalam hidup ini. Mereka mengajari kesebelas muridnya agar tegar, tekun, tak mudah menyerah, dan gagah berani menghadapi kesulitan sebesar apapun. Kedua guru itu juga merupakan guru yang ulung sehingga menghasilkan seorang murid yang sangat pintar dan mereka mampu mengasah bakat beberapa murid lainnya. Pak Harfan dan Bu Mus juga mengajarkan cinta sesama dan mereka amat menyayangi kesebelas muridnya. Kedua guru miskin itu memberi julukan kesebelas murid itu sebagai para Laskar Pelangi.

GARUDA DI DADAKU


MANUSIA DAN KEADILAN
     ini adalah sedikit rangkuman tentang Garuda di Dadaku. Tokoh utama dalam film ini adalah Bayu, seorang anak yang duduk di bangku sekolah dasar yang terus berusaha keras menggapai mimpinya menjadi pemain sepak bola. Ia memiliki fisik yang kecil tetapi mepunyai semangat juang yang tinggi walaupun ia tinggal di tengah keluarga yang sederhana tanpa seorang ayah yang sudah meninggal. dan dia mempunyai mimpi menjadi seorang pemain sepak bola dan masuk ke Tim Nasional Indonesia. Bayu mempunyai bakat bermain sepak bola dari ayahnya yang dulunya juga adalah seorang pemain sepak bola. Tetapi sayang, cita-cita Bayu itu ditentang oleh sang kakek yang lebih senang bayu mengikuti berbagai macam kursus demi masa depannya. Ternyata kakek mempunyai alasan yang kuat untuk melarang Bayu bermain bola.
Ayah Bayu yang dulunya seorang pemain bola mengalami cedera yang sangat berat dan akhirnya hanya menjadi seorang supir taksi. Sampai akhirnya ia tidak bisa menjadi seorang pemain bola yang hebat dan sukses. Kakek Bayu tidak mau nasib yang sama menimpa Bayu cucu yang ia sayangi. Bayu yang benar-benar mencintai sepak bola tidak mau begitu saja menuruti apa kata kakeknya. Apalagi ketika secara tiba-tiba ia mendapat tawaran beasiswa di sebuah sekolah sepak bola terkenal di Jakarta yang dapat membantunya masuk ke Tim Nasional Indonesia. Alhasil, Bayu dibantu oleh temannya, Heri, harus menyembunyikan hal ini dari kakek Bayu dan berlatih secara diam-diam. Heri adalah seorang anak orang kaya yang menggilai sepak bola tetapi sayangnya ia tidak bisa bermain bola karena ia adalah penyandang cacat dan harus duduk di kursi roda. Oleh sebab itu Heri sangat senang dan menjadikan dirinya sebagai manajer Bayu yang memfasilitasi Bayu begitu rupa demi mewujudkan cita-cita Bayu. Secara tidak sengaja mereka bertemu dan berteman dengan Zahra, seorang anak perempuan penjaga kuburan yang ikut mendukung cita-cita Bayu dengan mengijinkan Bayu berlatih di kuburan tempat ia tinggal. Setelah dia menemukan tempat berlatih pun usaha untuk meraih cita-citanya tidak berjalan dengan mulus.
          Masalah pun muncul ketika Bayu membohongi kakeknya yang mengira bahwa ia berbakat menjadi seorang pelukis. Tidak diduga kakek datang dan melihat Bayu di sekolah sepak bolanya dan tiba-tiba ia terserang penyakit jantung dan dilarikan ke rumah sakit. Bayu merasa bersalah dan menyesal telah membohongi kakeknya. Ia memutuskan untuk berhenti bermain bola dan tidak berteman lagi dengan Heri karena ia menyesal telah mengikuti nasihat Heri. Tak disangka kakek Bayu sadar bahwa ia salah dan mendukung Bayu bermain sepak bola. Akhirnya Bayu kembali ikut seleksi tim dan kembali bersahabat dengan Heri. Dengan dukungan ibu, kakek, Heri dan Zahra, Bayu berhasil lolos seleksi masuk Tim Nasional Indonesia dan menggapai cita-citanya selama ini.